Selasa, 14 Januari 2014
BAB II
ISI
PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI
PADA ORGANISASI
DAKWAH
Sistem informasi merupakan suatu sistem yang mampu menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi penggunaannya, atau sebuah sistem untuk
menyediakan informasi guna mendukung operasi, manajemen dalam suatu organisasi
secara terintegrasi, secara konseptual siklus pengembangansebuah sistem
informasi terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut :
·
Analisis
Sistem
Menganalisis dan mendefinisikan masalah dan kemungkinan solusinya
untuk sistem informasi dan proses organisasi.
·
Perencanaan
sistem
Merancang output, input, stuktur file, program, prosedur, perangkat
keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem informasi.
·
Pembangunan
dan testing sistem
Membangun perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem
dan melakukan testing secara akurat. Melakukan instalasi dan testing terhadap
perangkat keras dan mengoprasikan perangkat lunak
·
Implementasi
sistem
Beralih dari sistem lama ke sistem baru, melakukan pelatihan dan
panduan seperlunya.
·
Operasi
dan perawatan
Mendukung
operasi sistem informasi dan melakukan perubahan atau tambahan fasilitas.
·
Evaluasi
sistem
Mengevaluasi sejauh mana sistem telah di bangun dan seberapa bagus
sistem telah di operasikan. Untuk mengelola sumberdaya teknologi informasi
secara efektif memerlukan perhatian yang besar pada sisi operasional, oleh
karena itu jika di kelola dengan baik, maka dapat mengurangi biaya operasional,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efektivitas dan efisensi kerja.
A.
Metode
Pengembangan Sistem Informasi Pada Organisasi Dakwah
dalam
pengembangan sistem informasi ada beberapa metode yang harus di lakukan
diantaranya :
1.
Metode
outsourcing
Outsourcing merupakan salah satu metode pengelolaan teknologi
informasi dengan cara memindahkan pengelolaannya pihak lain, yang tujuan
akhirnya adalah efektifitas dan efesiensi kerja. Menurut the british computer
society, outsourcing adalah pihak yang di luar perusahaan. Dengan definisi yang
demikian luas dari outsoucing ini, metode ini seringkali juga disamakan dengan
metode lain seperti: sub kontak, supplier, proyek atau istilah lain yang
berbeda-beda dilapangan namun, pada dasarnya adalah sama pemindahan layanan
kepihak lain.
Bentuk kontrak outsourcing dapat dilakukan dengan beberapa
alternatif, antara lain :
·
Menambahkan
pengelolaan teknologi informasi dengan penambahan sumberdaya dari pihak luar.
·
Mengontrakan
seluruh sistem secara utuh kepada pihak luar atau mengontrakan sebagian system,
yaitu hanya sistem operasional dan fasilitasnya.
Menurut the computer Sciences Corporation Indek bentuk kontak
outsourcing dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
1.
Total
oursourcing, oursourcing secara total pada seluruh komponen TI
2.
Selektive
outsourcing, outsourcing hanya pada komponen-komponen tertentu.
3.
Transitional
outsoucing, outsourcing yang fokusnya pada pembuatan sistem baru
4.
Transformational
outsourcing, outsourcing yang fokusnya pada pembangunan dan operasional dari
sistem baru.
Keuntungan dan kelemahan metode outsourcing
metode outsourcing sebagai strategi operasional TI memiliki banyak
keuntungan, antara lain adalah sebagai berikut :
1.
Manajemen
TI yang lebih baik, TI dikelola oleh pihak luar yang telah berpengalaman dalam
bidangnya, dengan prosedurdan standar operasi yang terus menerus di kembangkan.
2.
Fleksibilitas
untuk meresponse perubahan TI yang cepat, perubahan arsitektur TI berikut
sumberdayanya lebih mudah di lakukan
3.
Akses
pada pakar TI yang lebih baik
4.
Biaya
yang lebih murah
5.
Fokus
pada inti bisnis, perusahaan tidak perlu memikirkan bagaimana sistem TI-nya
bekerja.
6.
Pengembangan
karir yang lebih baik untuk pekerja TI.
Menurut the 2001 outsourcing world summit, 6 alasan utama sebuah
perusahaan melakukan outsourcing adalah sebagai berikut :
·
Mengurangi
biaya atau Reduse Cost, sebesar 36%
·
Fokus
pada inti atau Focus on Core, sebesar 36%
·
Meningkatkan
kualitas atau Improve Quality, sebesar 13%
·
Meningkatkan
kecepatan ke pasar atau sebesar 10%
·
Membantu
inovasi atau Foster Innovation, sebesar 4%
·
Menghemat
modal atau Conserver Capital, sebesar 1%
Namun demikian ditemui beberapa kelemahan dari metode outsourcing,
sebagai berikut :
·
Permasalan
pada moral karyawan, pada kasus yang sering terjadi, karyawan outsource yang
dikirim ke perusahaan akan mengalami persoalan yang penangannya lebih sulit di
bandingkan karyawan tetap. Misalnya terjadi kasus-kasus tertentu, karyawan
outsource merasa dirinya bukan bagian dari perusahaan pengguna.
·
Kurangnya
kontrol perusahaan pengguna pengguna dari terkunci oleh penyedia outsourcing
melalui perjanjian kontrak.
·
Jurang
antara karyawan tetap dan karyawan outsource.
·
Perubahan
dalam gaya manajemen.
·
Proses
seleksi kerja yang berbeda.
Keputusan untuk mengambil outsourcingtidak hanya bergantung pada
faktor biaya, tetapi ada beberapa faktor yang harus di perhatikan saat membuat
keputusaan yaitu :
1.
Tingkatan
layanan dan harga ( service levels and pricing )
2.
Kontrak
dan hubungan kerha ( contract and relationship )
3.
Kepuasan
pelanggan ( customer satisfaction )
4.
Tujuan
strategi
2.
Metode
Insourcing
Metode insourcing atau disebut juga contracting, adalah suatu usaha
pengembangan ICT dalam perusahaan, dengan membentuk divisi khusus kompeten
dibidangnya, seperti departemen EDP ( Elektronik Data Processing ), atau
merupakan metode pengembangan dan dukungan sistem teknologi informasi yang
dilakukan oleh staff pada suatu divisi fungsional dalam organisasi dengan atau
tanpa bantuan dari ahli sistem informasi. Metode ini dikenal juga dengan
istilah end-user computing atau end-user depelopment.
Pengembangan ini di lakukan oleh para ahli sistem informasi yang
berada dalam departemen EDP ( Electronik Data Prcessing ), IT ( Information
technology ) atau IS (Information system) pengembangan sistem umumnya dilakukan
dengan menggunakan SDLC ( Systems
Develovment Life Cycle ) atau daur hidup pengembangan sistem.
Keuntungan dan kelemahan metode insourcing
Metode insourcing sebagai strategi operasional TI memiliki beberapa
keuntungan, antara lain adalah sebagai berikut :
·
Mempermudah
komunikasi dalam pengembangan system, karena kedekatan divisi IT dan and user.
·
Penerapan
software atau hardware relatif lebih sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena
pengembangan sistem dilakukkan oleh divisi IT perusahaan yang bersangkutan
·
Dari
sisi biaya, akan lebih murah karena tidak ada kontrak dengan pihak
·
Jika
terjadi masalah dengan system maka responnya akan lebih cepat.
·
Lebih
fleksibel, karena perusahaan dapat meminta perubahan sistem pada karyawannya
sendiri tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan.
Sementara itu ada beberapa kelemahan dari metode insourcing,
sebagai berikut :
·
Kinerja
karyawan cendrung menurun ketika sudah menjadi pegawai tetap, karena faktor
kenyamanan yang dimiliki pegawai tetap.
·
Tidak
ada batasan biaya dan waktu yang jelas karena tidak ada target. Dan kalaupun
ada target,tidak ada punishment yang jelas ketika target tidak tercapai.
·
Kebocoran
data yang dilakukan oleh karyawan IT, dikarenakan tidak ada reward dan
punishment yang jelas.
·
Pengembangan
sistem dengan teknik SDLC cendrung lambat dan mahal.
·
End
user tidak terlibat secara langsung, sehingga terdapat kemungkinan hasil
implementasi sistem tidak sesuai dengan kebutuhan end user.
B.
Penerapan
Pengembangan Sistem Informasi pada Organisasi Dakwah
Tiga sasaran utama
dalam penerapan sistem informasi dalam suatu organisasi, pertama, memperbaiki
efesiensi kerja dengan melakukan otomasi berbagai proses yang mengelola
informasi, kedua meningkatkan keefektifan manajemen dengan memuaskan kebutuhan
informasi guna pengambilan keputusan, ketika memperbaiki daya saing atau
meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi dengan merubah gaya dan cara
berbisnis (ward and peppard 2002).
Ketiga sasaran tersebut dapat tercapai secara optimal apabila
adanya jaminan keselarasan antara strategi sistem informasi dengan strategi
bisnis organisasi, dimana nantinya strategi bisnis akann memberikan arahan
terhadap tercapainya suatu goal organisasi, dan strategi system informasi akan
memberikan dukungan terhadap pencapaian goal organisasi, dan strategi system informasi
akan memberikan dukungan terhadap pencapaian goal organisasi melalui penyiapan
infrastuktur teknologi informasi yang sesuai dengan teknologi bisnis organisasi
untuk menentukan strategi sistem informasi yang dapat mendukung pencapaian visi
dan misi organisasi, maka perlu pemahaman tentang strategi bisnis organisasi
melalui perencanaan strategi bisnis organisasi melalui perencanaan strategi
bisnis dan strategi system informasi perencanaan, metodologi ward-peppar.
Namun sering ditemukan bahwa penerapan TI kurang berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja dan kesuksesan bisnis organisasi maupun
peningkatan daya saing organisasi. Hal tersebut terjadi akibat penerapan SI
atau TI yang hanya berfokus pada teknologinya saja. Oleh karena itu, cara
efektif untuk mendapatkan manfaat strategis dari penerapan SI atau TI adalah
dengan berkonsentrasi pada kaji ulang bisnis
(rethinking business) melalui analisis masalah bisnis saat ini dan perubahan
lingkunannya serta mempertimbangkan TI sebagai bagian solusi ( Earl, 1992 ).
Permasalahan di dalam penerapan SI atau TI pada suatu organisasi
dapat dikatakan sebagai paradoks produktivitas ( Roach 1994). Dimana di dalam
penerapan SI atau TI sudah diimplementasikan secara baik, namun dari sisi lain
seperti seperti halnya keamanaan, sumber daya manusia, transparasi, dan
lain-lain bersifat sebaliknya. Sebagai contoh komisi pemilihan umum (KPU) telah
menginvestasikan sedikitnya Rp. 200 milyar untuk pengadaan.
Perangkat dan aplikasi SI atau TI dengan harapan agar penghitungan
suara hasil pemilu dapat berjalan dengan cepat, akurat dan transparan. Dalam
beberapa hal penannyangan hasil perhitungan suara sudah memenuhi kriteria
kecepataan yang di inginkan, namun demikian akurasi dan transparansi masih
menjadi persoalan yang berbuntut pada keraguan terhadap masih di perlukannya SI
atau TI dalam pemilu-pemilu berikutnya. Jika di tambahkan dengan persoalaan
rentannya sistem keamanaan yang melekat pada SI atau TI KPU, belum
tersedianyakomputer dan jaringan komunikasi
Perangkat dan aplikasi SI atau TI dengan harapan agar perhitungan
suara hasil pemilu dapat berjalan dengan cepat, akurat dan transparan. Dalam
beberapa hal penanyangan hasil perhitungan suara sudah memenuhi kriteria
kecepatan yang diinginkan, namun demikian akurasi dan tranparasi masih menjadi
persoalan yang berbuntut pada keraguan terhadap masih diperlukaannya SI atau TI
dalam pemilu-pemilu berikutnya. Jika di tambahkan dengan persoalan rentannya
sistem keamaanan yang melekat pada SI atau TI KPU, belum tersedianya komputer
dan jaringan komunikasi secara merata di seluruh panitia pemungutan suara (PPS)
di tingkat kecamatan, serta persoalan manajemen sistem informasi Yang dinilai
masih tidak standar, dapat diperkirakaan persoalaan paradok produktivitas SI
atau TI di KPU makin menjadi nyata.
Permasalahan lain dalam penerapan SI atau TI adalah investasi SI
atau TI masih belum berhasil memberikan manfaat yang diharapkan kepada
organisasi (ward and peppard, 2002). Pimpinan perusahaan sering dihadapkan pada
kenyataan bahwa belanja modal (capital expenditure) untuk SI atau TI tidak
membuahkan hasil hingga nilai tertentu sesuai dengan besarnya investasi yang
telah dilakukan. Perusahaan menggunakan SI atau TI untuk pengelolaan akutansi
dan keuangan, operasional pemasaran, layanan pelanggan, koordinasi antar kantor
cabang, perencanaan produksi, pengendalian persediaan, mengurangi lead time,
melancarkan distribusi dan lain sebagainya. Namun tidak jelas apakah penggunaan
SI atau TI semacam ini sudah secara nyata menghasilkan output yang lebih banyak
(Robert Solow dalam McCarty, 2001).
1.
Strategi SI dan Strategi TI
Bila kita mengharapkan agar penerapan TI optimal, dibutuhkan suatu
strategi SI atau TI yang selaras dengan strategi bisnis organisasi. Hal ini di
perlukan agar investasi yang di keluarkan untuk TI sesuai dengan kebutuhan dan
memberi manfaat yang di ukur dari pencapaian tujuan dan sasaran organisasi.
Earl membedakan antara strategi SI dan TI (Earl, 1997). Strategi SI
menekankan pada penentuan aplikasi sistem informasi yang dibutuhkan organisasi.
Esensi dari strategi SI adalah menjawab pertayaan (apa) sedangkan strategi TI
Lebih menekankan pada pemilihan teknologi, infrastuktur, dan keahlian khusus
yang terkait atau menjawab pertayaan ( bagaimmana) sebagai contoh suatu
organisasi menerapkan executive informasi sistem pada bidang pemasaran hal ini
mempengaruhi aliran informasi vertikal dalam perusahaan. Pihak manajemen atas
memiliki akses informasi yang lebih besar dan mengurangi ketergantungan sumber
informasi terhadap manajemen menengah. Jaringan telekomunikasi sebagai aplikasi
teknologi informasi memungkinkan informasi mengalir dengan mudah dan cepat di
antara departemen dan divisi yang berbeda.
Untuk menentukan strategi SI atau TI yang dapat mendukung
pencapaian visi dan misi organisasi, maka perlu pemahaman tentang strategi
bisnis organisasi. Pemahaman tersebut mencakup penjelasan terhadap hal-hal
berikut : mengapa suatu bisnis di jalankan kemana tujuan, dan arah bisnis,
kapan tujuan tersebut akan di capai, bagaimana cara mencapai tujuan dan adakah
perubahan yang harus di lakukan. Jadi dalam membangun suatu strategi SI atau
TI, yang menjadi isu sentral adalah penyelarasan (alignment) strategi SI atau
TI dengan strategi bisnis organisasi.
Merealisasikan tujuan bisnisnya, perencanaan strategi SI atau TI
mempelajari pengaruh SI atau TI terhadap kinerja bisnis dan kontribusi bagi
organisasi dalam memilih langkah-langkah strategis. Selain itu, perencanaan
strategis SI atau TI juga menjelaskan berbagai tools, teknik, dan kerangka
kerja bagi manajemen untuk menyelaraskan strategi SI atau TI dengan strategi
bisnis, bahkan mencari kesempatan baru melalui penerapan teknologi yang
inovatif ( Ward dan peppard,2002). Gambar di bawah menunjukan skema perencanaan
strategis SI atau TIB ward dan peppard.
Beberapa karakteristik dari perencanaan strategis SI atau TI antara
lain adalah adanya misi utama: keunggulan strategis atau komperitif dan
kaitannya dengan strategis bisnis, adanya arahan dari eksekutif atau manajemen
senior dan pengguna, serta pendekataan utama berupa inovasi pengguna dan
kombinasi pengembangan bottom up dan analisa top down (pant dan Hsu,1995)
2.
Metodologi
Perencanaan Strategis SI atau TI Versi Ward and Peppard
Faktor penting dalam
proses perencanaan strategis SI atau TI adalah penggunaan metodologi.
Metodologi merupakam kumpulan dari metode, teknik dan tools yang di gunakan
untuk mengerjakan sesuatu. Tujuan dari pengguna metodologi dalam perencanaan
strategis SI atau TI adalah untuk meminimalkan resiko kegagalan, memastikan
keterlibatan semua pihak yang berkepentingan serta meminimalkan ketergantungan individu,
dan lebih menekankan kepada proses dan sasaran yang di tentukan.
Pendekatan metodologi versi Ward and Peppard ini di mulai dari
kondisi investasi SI atau TI dimasa lalu yang kurang bermanfaat bagi tujuan
bisnis organisasi dan menangkap peluang bisnis, serta fenomena meningkatkan
keunggulan kompetitif suatu organisasi karena mampu memanfaatkan SI atau TI
dengan maksimal. Kurang bermanfaatnya investasi SI atau TI bagi organisasi
disebabkan karena perencanaan strategis SI atau TI yang lebih fokus ke teknologi,
bukan berdasarkan kebutuhan bisnis.
Metodologi versi ini terdiri dari tahapan masukan dan tahapan
keluaran ( Ward dan peppard, 2002) tahapan masukan terdiri dari :
·
Analisis
bisnis internal, yang mencangkup aspek-aspek strategi bisnis saat ini, sasaran,
sumber daya, proses, serta budaya nilai-nilai bisnis organisasi.
·
Analisis
lingkungan bisnis eksternal, yang mencangkup aspek-aspek ekonomi, industri, dan
iklim bersaing perusahaan.
·
Analisis
lingkungan SI atau TI internal, yang mencangkup kondisi SI atau TI organisasi
dari perspektif bisnis saat ini, bagaimana kematangannyan (maturity), bagaimana
kontribusi terhadap bisnis, keterampilan sumber daya manusia, sumber daya dan
infrasuktur teknologi, termasuk juga bagaiman fortofolio dari SI atau TI yang ada
saat ini.
·
Analisis
lingkungan SI atau TI eksternal, yang mencangkup tren teknologi dan peluang
pemanfaatannya, serta penggunaan SI atau TI oleh kompetitor, pelanggan dan
pamasok.
Sedangkan tahapan keluaran merupakan bagian yang dilakukan untuk menghasilkan
suatu dokumen perencanaan strategis SI atau TI yang isinya terdiri dari :
a)
Strategis
SI bisnis, yang mencangkup bagaimana setiap unit atau fungsi bisnis akan
memanfaatkan SI atau TI untuk mencapai sasaran bisnisnya, portopolio aplikasi
dan gambaran arsitektur informasi.
b)
Strategi
TI, yang mencangkup kebijakan dan strategi bagi pengelolaan teknologi dan
sumber daya manusia SI atau TI
c)
Strategi
manajemen SI atau TI, yang mencangkup elemen-elemen umum yang di terapkan
melalui organisasi, untuk memastikan konsistensi penerapan kebijakan SI atau TI
yang di butuhkan.
Beberapa teknik atau metode analisis yang di gunakan dalam
perencanaan strategis SI atau TI pada metodologi ini, mencangkup analisis SWOT,
analisis Five Forces competitive, analisis value chain, metode Critical succes
factors, metode balanced scorecard, dan Mcfarlan’s strategic grid.
3.
Metode
dan teory analisis perencanaan strategis SI atau TI
Aanilisis SWOT akan dipetakan dari hasil analisisn lingkungan,
kekuataan di dentifikasikan dengan tujuan untuk mengetahui apa saja kekuatan
organisasi untuk dapat meneruskan dan mempertahankan bisnis. Dengan mengetahui
kekuatan yang dimiliki organisasi akan dapat mempertahankan dan bahkan
meningkatkan kekuatan sebagai modal untuk dapat bersaing. Mengidenfikasi
kelemahan bertujuan untuk dapat mengetahui apa kelemahan-kelemahan yang masih
ada, dan dengan mengetahui kelemahan tersebut, maka perusahaan dapat berusaha
untuk memperbaiki agar menjadi lebih baik. Kelemahan yang tidak atau terlambat
teridentifikasi akan merugikan bagi perusahaan. Oleh karena itu dengan semakin
cepat mengetahui kelemahan, maka perusahaan juga dapat sesegara mungkin.
Mencari solusi untuk dapat menutupi kelemahan tersebut. Dengan
mengetahui peluang, baik peluang saat ini maupun peluang dimasa yang akan
datang, maka perusahaan dapat mempersiapkan diri untuk dapat mencapai peluang
tersebut. Berbagai strategis dapat disiapkan lebih dini dan terencana dengan
lebih baik sehinnga peluang yang telah didentifikasi dapat direalisasikan.
Berbagai jalan untuk dapat mewujudkan peluang atau kesempataan dan
mempertahankan kelangsungan bisnis organisasi tentunya akan mengalami banyak ancaman.
Ancaman yang dapat teridentifikasi dapat dicarikan jalankeluarnya sehingga
organisasi dapat meminimalkan ancaman tersebut.
·
Critical
Success Faktor ( CSF)
Analisa CSF merupakan suatu ketentuan dari organisasi dan
lingkungannya yang berpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan. CFS dapat
ditentukan jika objektif organisaasi telah diidentifikasi. Tujuan dari CFS
adalah menginterprestasikan objektif secara lebih jelas untuk menentukan
aktivitas yang harus di lakukan dan informasi apa yang di butuhkan.
Peranan CSF dalam perencanaan strategis adalah sebagai penghubung
antara strategi bisnis organisasi dengan strategis SI-nya, memfokuskan proses
perencanaan strategis SI pada area yang strategis, memprioritaskan usulan
aplikasi SI dan mengevaluasi strategis SI.
·
McFarlan
strategic Grid
McFarlan strategic Grid
digunakan untuk memetakan aplikasi SI berdasarkan konstribusinya terhadap
organisasi. Pemetaan dilakukan pada empat kuadran (strategic, high potential,
key operation, and support). Dan hasil pemetaan tersebut di dapat gambaran
kontribusi sebuah aplikasi SI terhadap organisasi dan pengembangan dimasa
mendatang (Ward and Griffith 1996)
· Analisa value chain
Analisa value chain dilakukan untuk memetakan seluruh proses kerja
yang terjadi dalam organisasi menjadi dua kategori aktivitas, yaitu aktivitas
utama dan aktivitas pendukung. Mengacu pada dokumen organisasi yang menyebutkan
tugas dan fungsi setiap unit kerja berdasarkan pengamatan yang dilakukan
terhadap proses kerja yang terjadi di masing-masing unit kerja, secara diagram
value chain dapat terlihat seperti gambar di bawah ini.
·
Balanced
Scorecard
Balanced scorecard pertama kali di publikasikan oleh Robert S.
Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992 dalam sebuah artikel yang berjudul
“balanced scorecard measures that drive performance” balanced scorecard pada
awal diperkenalkan adalah merupakan suatu sistem manajemen penilaian dan
pengendalian yang secara cepat, tepat, dan komprehensif dapat memberikan pemahaman
kepada manajer tentang performance bisnis. Kaplan dan Norton telah
memperkenalkan Balanced Scorecard pada tingkat organisasi enterprise. Prinsip
dasar dari Balanced Scorecard ini adalah titik pandang penilaian sebuah
perusahaan hendaknya tidak hanya dilihat dari segi finansial saja tetapi juga harus
di tambahkan ukuran-ukuran dari perspektif lainnya seperti tingkat kepuasaan
customer, proses internal dan kemampuan melakukan inovasi.
Menurut Kaplan dan Norton, balanced scorecard didefinisikan sebagai
berikut :
“ a set measure that’s gives top manager a fast but comprehensive
view of the business, incudes finansial measures that tell the results of
actions already taken, complements the finansial measures with operational
measures on customer satisfaction, internal process and the organizational’s
innovation and improvements activities operational measures that are the
drivers of future financial performancr”.
Balanced Scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran taktis atau
operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan scorecard sebagai sistem
manajemen strategis, untuk mengelola strategis jangka panjang dan menghasilkan
proses manajemen seperti :
o
Memperjelas
dan menerjemaahkan visi dan strategi.
o
Mengkomunikasikan
dan mengkaitkan sebagai tujuan dan ukuran strategis.
o
Merencanakan,
menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.
o
Meningkatkan
umpan balik dan pembelajaran strategis.
Perencanaan strategis SI atau TI digunakan untuk menyelaraskan
antara kebutuhan strategis bisnis dan strategis SI atau TI untuk mendapatkan
nilai tambah dari suatu organisasi dari segi kompetitif.
Proses identifikasi kebutuhan informasi perencanaan strategis
sistem informasi dimulai terlebih dahulu dari lingkungan organisasi yang memuat
visi, misi, dan tujuan organisasi, dilanjutkan kepada identifikasi terhadap
lingkungan internal dan eksternal organisasi, serta identifikasi internal dan
eksternal SI atau TI lingkungan organisasi, yang kemudian proses penentuan
peluang SI atau TI dapat dilaksanakan ketika kebutuhan informasi yang didrive
dari tujuan organisasi telah semuanya teridentifikasi.
Hasil dari perencanaan strategis SI atau TI ini menjawab
permasalahan pemanfaatan SI atau TI suatu organisasi, adapun hasil identifikasi
dari perencanaan strategis sistem informasi adalah terbentuknya portofolio
aplikasi SI atau TI.
BAB III
PENUTUP
Setiap metode selalu
bergantung dari daya dukung sumber daya yang dimiliki organisasi atau
perusahaan. Metode terbaik adalah perencanaan yang disusun dengan berbasiskan
sumber daya empiris yang dimiliki dan kemampuan untuk memanfaatkan semaksimal
mungkin. Kemampuan untuk bersikap realitas terhadap ketersediaan sumber daya
merupakan hal penting dalam dalam implementasi IT di dalam organisasi. Jika
memang menurut Kalkulasi perusahaan, sumber daya yang tersedia tidak dapat
mendukung strategis objektif organisasi, maka pilihannya adalah melakukan
outsourcing atau mengubah strategis tersebut menjadi mengikuti kemampuan daya
dukung sumber daya yang tersedia. Dalam implementasinya di perusahaan, perlu di
lakukan banyak pengkajian bagaimana peran outsourcing kedepan yang sangat
bergantung pada kondisi dan kesiapan perusahaan bukan hanya pada biaya yang
dapat di hemat. Perusahaan perlu menyesuaikan dan melakukan lebih banyak
konsolidasi internal sebelum memutuskan untuk menggunakan jasa outsourcing.
Setiap organisasi
selalu memiliki hubungan dan keterkaitan dengan pihak-pihak di luar organisasi
dengan berbagai tujuan serta kebutuhan. Pihak-pihak ekternal, memiliki
kontribusi dalam membesarkan atau mungkin menghancurkan organisasi atau
perusahaan. Tata kelola IT di dalam organisasi atau perusahaan memiliki dampak
terhadap pihak-pihak ekternal. Rencana suatu organisasi mencerminkan harapan
mengenai lingkungan, harapan mengenai kemampuan organisai, dan keputusan yang
telah di buat tentang persoalan seperti alokasi sumber daya dan pengarahan
upaya. Harapan yang dikuatifikasi merupakan variabel masukan bagi model yang
dipakai dalam perencanaan. Sasaran sistem informasi adalah memberi bantuan
dalam perumusan, kuntifikasi, klasifikasi, dan penggunaan harapan tersebut.
Daftar Pustaka
O’Brien. J. 2005. Pengantar Sistem Informasi Perspektif Bisnis
dan Manajerial. Edisi 12. Salemba Empat. Jakarta.
Drs. Moekijat. 1986. Pengantar Sistem Informasi Manajemen.
Rosda Karya. Bandung
Raharjo. B. 2002. Memahami Teknologi Informasi. PT. Elek Media Komputindo. Jakarta.
Drs. Moekijat.1986. pengantar Sistem Informasi Manajemen.
Rosda Karya. Bandung
Label: SIMDAK
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)