Selasa, 14 Januari 2014
HATI YANG TAK TERSAMPAIKAN
Sekilas
terbayang wajah tampan nan penuh dengan rasa penasaran itu muncul dengan
tiba-tiba di pikaran Sisi, yang sedang duduk di bangku depan. Gadis Cantik
berusia 17 tahun itu telah lama memendam rasanya terhadap Jess teman sekelas di
sekolahnya. Sisi yang belum pernah sama sekali mengenal cinta, tapi ia
merasakan cinta ada di hatinya, dan ia meyakini bahwa ia normal. Sisi terkenal
siswa berprestasi, orangnya pendiam, tidak terlalu suka berinteraksi dengan
teman sekelasnya, ia hanya dekat dengan kedua teman terbaiknya Tika dan Sinta,
mereka berdua berteman dari masa SMP dulu sampai sekarang.
“Hayo…
ngelamun mulu” Tika datang dari belakang Sisi sambil membawa jus orange
kesukaannya.
“Kenapa
gak gabung ikut ke kantin” Tambah Sinta dan duduk di samping Sisi
“Lagi
pengen sendiri aja” Jawab Sisi dengan suara pelan
“Beberapa
hari ini kamu banyak ngelamun,,,Si…?” Papar Tika
“Perasaan
kalian saja” Jawab Sisi sambil mengambil Tupperware berisi air di hadapannya
dan meminumnya,
Ketiga
sahabat itu asyik ngobrol, walau hanya Tika dan Sinta saja, setidaknya Sisi
tidak merasa sendiri. Bel berbunyi, terlihat Jess yang masuk pertama ke dalam
kelas. Seketika Sisi tersenyum terasa bahagia dalam hatinya, Sinta yang duduk
satu bangku bersama Sisi, dari tadi memerhatikan gerak-gerik Sisi, karena Sisi
belum pernah bercerita tentang isi perasaannya kepada dua sahabanya tersebut.
Jess,
lelaki turunan Indo itu memang di kenal oleh semua siswa SMA 24 Jakarta.
Perawakannya yang gagah, mata coklat nya serta hidung mancungnya, hampir mirip
Jack tokoh film Titanic, yang membuat semua para siswi terkagum pada Jess.
Namun Jess belum pernah terdengar punya pacar di Sekolah nya.
***
Pulang
sekolah, semua siswa bergerombolan keluar dari sekolah, Sinta di jemput oleh
supir nya, sedangkan Tika pulang bersama pacarnya yang bernama Dion. Sementara
Sisi masih menunggu di depan gerbang, biasanya ia langsung pulang naik biss dan
menunggunya datang di halte yang tidak jauh dari sekolahnya. Sudah hampir satu
minggu tiga sahabat itu tidak main bersama, karena bimbingan belajar sudah di
mulai, melihat waktu ujian nasional tinggal satu bulan lagi.
“lagi
nunggu jemputan ya Non…?” Tanya Satpam yang masih ada di derpan gerbang
sekolah, sepertinya ia menunggu sekolah itu sampai tidak ada orang lagi di
dalamnya.
“Hmmm…”
Sisi hanya bisa menjawab dengan senyuman manis nya saja tanpa mengeluarkan satu
kata pun dari mulutnya
Terdengar
suara motor, terlihat Ninja merah yang keluar dari gerbang sekolah. Dan orang
yang menaiki motor tersebut adalah Jess.
“Pak
ujang,, pulang dulu ya..!!!” sapa Jess yang memberhentikan motornya di depan
satpam penjaga gerbang sekolah.
“ya
den.. hati-hati di jalan” Ucap satpam dengan logat bahasa sunda nya
Jess
menoleh ke arah samping kanannya, dan melihat Sisi sedang berdiri di sana. Jess
hanya melontarkan senyuman pada Sisi, tanpa memberikan satu ucapan pun
kepadanya. Mereka berdua hanya saling menatap, tanpa ada sapaan di antara
keduanya. Jess mempunyai karakter yang sama seperti halnya Sisi. ia pendiam, tapi
Jess adalah siswa smart dalam hal belajar, di bidang ekstrakulikulernya ia
pandai dalam bermain bola basket. Jess hanya melontarkan suara nya jika ia di
tanya oleh temannya saja. Dalam hal belajar, walau tak banyak bicara tapi
nilai-nilinya sungguh menakjubkan. Di kelas Jess di anggap rivalnya Sisi,
Posisi peringkat I dan II hanya berbolak-balik di antara Sisi dan Jess.
“Si..aku
duluan pulang ya,,,” Seketika Jess menyapa Sisi yang masih dalam keadaan
berdiri di depan sebelah kanan gerbang. Sisi hanya mengangguk dan tersenyum,
lalu Jess pergi dan hilang dari pandangannya. Setelah Jess pulang, Sisi pun
melangkahkan kakinya dan membawa senyuman itu di setiap langkahnya dan pergi
dari sekolah menuju halte biss yang sering ia naiki. Terlihat sepi, semua guru
dan siswa nampaknya sudah pulang.
***
Keesokan
harinya. Tin…tin…tin…. Terdengar suara klakson mobil.
Seorang
ibu memakai baju rajutan berwarna cream itu mendekati mobil yang berhenti di
depan rumahnya,
“Pagi
tante,,,” sapa Tika
“ouh
nak Tika, mari masuk kedalam….!!!”
“iya
tante, Tika mau ngajak Sisi berangkat bareng ke sekolah, boleh tante?”
“ya..tentu
boleh…Masuk saja ke dalam, Sisi sepertinya masih siap-siap”
Karena
sudah berteman lama, Tika sudah tidak canggung lagi untuk masuk kedalam rumah
Sisi dan ataupun masuk ke dalam kamar Sisi.
“Cie
ilee…Udah cantik Sisi” Sindir Tika yang berdiri di depan pintu kamar Sisi, terlihat Sisi yang sedang menyisir rambut
tebal dan lurusnya.
“Tika,,,
apaan ah,,,” jawab Sisi dengan sidikit tersipu malu karena dari tadi Tika
memperhatikan Sisi yang sedang berkaca dan merapikan rambutnya.
“Yuk..udah
siap”
“ayo”
Mereka
berdua pun keluar dari kamar dan menemui ibu sisi yang sedang menyiram tanaman
di halaman depan.
“Tante..
kita berangkat ya”
“Bunda..
Sisi berangkat ke sekolah dulu ya..” sambil mencium tangan kananya dan kedua
pipi ibunya. Karena Sisi hanya mempunyai figur seorang ibu saja, ayahnya
meninggal dua tahun yang lalu ketika ia masih duduk kelas I SMA, karena stroke
yang beliau derita, dan merenggut nyawa ayahnya Sisi. Sebab itulah Sisi
menganggap ibu nya yang paling berarti di muka bumi ini.
“Loh…ada
Sinta, kenapa gak masuk ke rumah barusan” Tanya Sisi, ia kaget karena Sinta
juga ada di mobilnya Tika.
“Sorry,,,
kaki kiri ku sakit, kemarin jatuh dari motor nya Dion sepulang sekolah.
“Tapi
gak kenapa-napa kan?” Tanya Sisi dengan muka rasa ingin tahu
“nggak
Si, Cuma luka kecil saja, besok juga sembuh kok, yang penting aku masih bisa
jalan, walaupun sedikit sakit untuk di tapakkan ke tanah.” Jelas Sinta memaparkan
sakit yang ia rasakan pada Tika dan Sisi
“Makanya
main terus sih,, bukannya belajar benter lagi kan UN..hihihi” Ujar Tika sedikit
meledek sembari tertawa.
Sesampainya
di sekolah, Sisi bergegas keluar dari mobil untuk membantu Sinta keluar, dan
menggandengnya untuk bisa berdiri dan berjalan.
“Ayo
Sin.. hati-hati”
“aduhh
Si… aku bisa sendiri kok”
“Bawel,
udah diem” Ucap Tika dan menolong kedua sahabatnya, Sinta berada di
tengah-tengah Tika dan Sisi, sambil membantu Sinta berjalan menuju kelas.
Mereka
pun duduk dan menyimpan tas di meja masing-masing. Tupperware hijau milik Sisi
pun di taruh di mejanya.
“Sepertinya
aku bakalan nebeng dulu nih sama Tika, sampai aku bisa berjalan normal” Ucap Sinta
dan menoleh kearah Tika
“ya
nyonya.. kamu,, kayak ke siapa aja deh..Nanti aku jemput kamu setiap paginya,
langsung kerumah Sisi, biar kita berangkat bareng lagi. lagian jarang loh kita
bisa berangkat sama-sama seperti ini” Ujar Tika panjang
“Hemmmm…
bel belum bunyi nih tumben,,”
“Suuuuttt,,
Sinta jangan ngomongin bel deh, Bel kan panjang umur kalau setiap diomongin”
Teng…teng…Teng…
“tuh kan baru aja di omongin, sinta sihh,,” omel Tika dengan memanyunkan
mulutnya dan terlihat sedikit kesal
“loh
koq aku yang di salahin” Jawab Tika
“Sudah
waktunya saja masuk, lihat jam dong, udah jam tujuh lebih” Papar Sisi sembari
menatap kaca dan menikmati pemandangan jalan raya dengan macetnya kota Jakarta
Semua
siswa siswi SMA 24 Jakarta tersebut pun masuk ke kelas nya masing-masing,
sementara kelas 12-A, masih ada sebagian yang bersantai-santai di luar. Seorang
lelaki berkulit coklat itu berdiri di depan kelas 12-A, ia memegang satu map
dengan tumpukan kertas yang di pegang di tangan kirinya. Ali ketua kelas 12-A
di berikan tugas oleh bu Wida guru matematika untuk membagikan selebaran kertas
berisikan soal matematika untuk di kerjakan dan di kumpulkan. Karena ibu Wida
tidak dapat hadir untuk masuk ke kelas.
Jess
keluar dari kelas, lima menit setelah Jess keluar lalu langkah berikutnya Sisi
yang keluar dari kelas.
“Si..
mau kemana?” Tanya Sinta,
“Toilet”
jawab sisi tanpa menoleh kedua sahabatnya, sementara siswa yang lain sibuk
dengan tugas yang di berikan oleh guru matematika tersebut. Tika dan Sinta pun
ikut mendekati teman-temannya agar bisa mengerjakan soal bersama-sama.
***
Sisi
mengikuti langkah kaki Jess dari belakang, Jess memasuki ruangan perpusatkaan.
Dan duduk di meja sebelah kiri dekat lemari di bagian buku kimia, lalu ia
membuka buku yang ia pegang dan mengerjakan tugas matematikanya yang di berikan
oleh ketua kelasnya. Sisi melangkahkan kakinya dengan sedikit ragu dan takut untuk
masuk kedalam perpusatakaan tersebut. Jess tidak menghiraukan langkah kaki yang
mendekati menuju meja yang ia tempati. Sisi kebingungan, apa yang harus ia
lakukan, beberapa langkah kaki lagi ia akan ada di depan meja Jess. Ini pertama
kalinya ia menyukai seorang lelaki, tanpa ada yang mengetahui isi perasaanya
termasuk sahabat dekatnya Sinta dan Tika.
Sisi
membalikkan badannya, mendekati lemari bagian buku matematika. Tiga buku yang
cukup tebal yang ia ambil dari lemari perpustakaan tersebut, dan duduk di meja
yang tidak jauh dari tempat Jess. Sisi hanya bisa menatap kosong terhadap Jess,
ia memendam rasa itu dari kelas 11, ia hanya bisa menjaganya, tanpa ada yang
mengetahuinya. Terkadang Sisi bertanya pada dirinya, “Mengapa aku harus mempunyai rasa terhadap Jess, yang sudah jelas ia takkan pernah menyukai ku”. Tapi
inilah rasa yang tidak bisa untuk di pungkiri, bahwa Sisi memang mencintai Jess
teman sekelasnya
Sisi
mengerjakan tugas matematikanya di perpusatakaan bersama Jess, walau mereka
mengerjakannya masing-masing. Selama mengerjakan soal matematika. Pikiran Sisi
kacau, Sisi merasa di perbudak oleh hati dan pikirannya yang selalu tertuju
pada Jess.
***
Sisi
duduk di halte menunggu biss datang, sementara Sinta pulang bersama Tika. Sisi
tidak ikut bersama mereka berdua, Sisi merasa lebih nyaman pulang di antar
dengan biss yang selalu ia tunggu, mungkin karena faktor sudah biasa, dari SMP
ia telah memberanikan diri naik biss sendirian berangkat dan pulang sekolah.
“Hari ini cuaca tidak terlalu panas seperti hari
kemarin, sedikit mendung atau karena hari telah sore, dan atau memang waktunya
matahari istirahat dan bulan bersiap-siap bertugas untuk menerangi gelapnya di
malam hari” Ujarnya dalam hati
Biss
belum juga datang, dengan terpaksa Sisi harus berjalan kaki dulu, untuk bisa
menemui kendaraan umum lainnya agar bisa sampai menuju rumahnya. Tiba-tiba satu
tetes air hujan jatuh mengenai pipi Sisi. Ia menengadahkan kepalnya ke atas
melihat langit, rintik hujan semakin besar. Sisi berhenti dan berteduh di bawah
pepohonan. Baginya tak apa jika baju seragamnya basah, ia hanya melindungi tas
sekolahnya yang berisi semua buku-buku pelajaranya.
Terlihat
Jess di sebrang jalan yang sedang berteduh pula sambil duduk di atas motor
ninja merahnya. Sisi hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Terdengar suara ramai
dan Sisi melihat ke arah kanan dari kejauhan, satu gerombolan motor mendadak berhenti
di pepohonan yang menjulang tinggi nan besar, hujannya terlalu deras untuk
melanjutkan perjalanan. Kemudian Sisi melihat kembali ke sebrang jalan, dan
ternyata Jess sudah tidak ada di sebrang jalan itu. “Ternyata Jess sudah pergi” Ucap nya dalam hati.
“Sisi..?”
Sisi menoleh ke belakang melihat siapa yang memanggil namanya. Jess, ia berdiri
di belakang sisi dengan baju seragam yang basah. Sisi terkejut dengan sapaan
Jess terhadapnya, yang secara tiba-tiba muncul di belakang Sisi.
“berteduh
di sini masih kehujanan,?” ucap Jess dan menggenggam pergelangan tangan kanan
Sisi, Jess mengajaknya untuk berteduh di bawah bangunan kecil, yang tidak jauh
dari pepohonan yang Sisi tempati tadi.
Sisi
hanya memberikan simbol senyuman pada Jess, “Ada apa dengan mu Jess, baru kali ini kamu berbicara begitu dekat
dengan ku, sebenarnya apa yang ada dalam pikir mu tentang aku, atau kamu hanya
merasa kasihan pada ku dalam keadaan hujan seperti ini”, beribu pertanyaan
yang ada dalam benak Sisi. ia terkejut, heran, namun bahagia. Sesekali Sisi menatap
wajah Jess dalam dekat. Sisi mencubit tangannya apakah ini mimpi atau fakta, ia
sedang ada di samping Jess.
Jess
melepaskan genggamannya dari pergelangan tangan Sisi. “Maaf Si, aku tidak bermaksud
untuk tidak sopan terhadapmu” Papar Jess dengan tatapan penuh arti bagi Sisi.
“Ia,
Jess, tidak apa” Jawab Sisi yang masih menatap wajah Jess.
Ketika
hujan reda, Sisi di antar pulang oleh Jess sampai di depan rumah Sisi, Sore itu
adalah sore terindah bagi Sisi.
***
Sikap
sisi sedikit berubah semenjak kejadian sore itu, hatinya penuh dengan
kebahagiaan. Tika dan Sinta merasa senang atas perubahan sikap Sisi, yang entah
karena faktor apa yang membuat Sisi sebahagia ini. Sudah hampir 3 hari ini Tika
dan Sinta, tak pernah lagi melihat Sisi melamun.
“pasti
ada yang di sembunyiin deh dari kita” Ungkap Tika
“Ceritain
dong, ada yang nembak ya…?” Tanya Sinta
“hmmm”
Sisi terseyum saja.
“aku
ke toilet dulu ya” ucap Sisi dan meninggalkan kedua sahabatnya.
Tika
dan Sinta merasa penasaran setiap kali Sisi ke toilet, ia tak pernah muncul
lagi. Mereka memutuskan untuk membuntuti Sisi.
Sisi
memasuki ruangan perpusatakaan, hubungan pertemanan Sisi dengan Jess, sudah terlihat
dekat, dan menurut buku yang Sisi Baca, Cinta itu akan datang dari sebuah
pendekatan pertemanan. Sementara Tika dan Sinta hanya tersenyum di balik kaca, yang
sedang mengintip di luar.
***
Jess
sedang menunggu seseorang di taman dekat sekolah. Sisi yang ia tunggu, mereka
berencana untuk belajar bersama, untuk menghadapi UN yang sebentar lagi akan
tiba.
“Jess..?”
“ia
Si…”
Sisi
mulai kebingungan ketika suasana hening, tanpa ada topik yang akan di bicarakan
terhadap Jess. Sisi hanya menunggu dan berharap bahwa Jess juga mencintainya.
“Si..boleh
aku bertanya?”
“eummm
boleh..apa?”
“Planing
setelah lulus sekolah apa?
“ouhhh..kalau
aku, mungkin kuliah atau mungkin kerja” Jawab Sisi sambil menunduk, ia
menyangka bahwa Jess akan mengatakan “ia menyukai Sisi”, ternyata bukan.
“Kamu..?”
Tanya sisi dengan rasa sedikit resah.
“Aku
juga sama, kuliah, terus lanjutin perusahaan papa yang ada di Bandung, aku
beruntung bisa kenal kamu Sisi, selama hampir tiga tahun kita bersama dalam
satu kelas, dan baru sekarang aku bisa dekat dengan mu, Aku bukan tipe lelaki
yang mudah akrab dengan teman yang ada di sekitar ku. Termasuk kamu,” Papar
Jess pada Sisi
“Sisi,,,Sisi”
Jess melambaikan tangannya di depan wajah Sisi yang sedang melamun.
“kamu
denger aku”
“heh,,,ia
Jess, aku juga senang bisa dekat dengan mu dan menjadi teman sekelasmu”
“Lanjutkan
Perjuangan dalam menuntut ilmu” Jess menggenggam pergelangan Sisi dengan penuh
semangat
Sisi
terdiam menatap dirinya sendiri, dalam hatinya kecewa. Ia terlau berharap, Jess
memang tidak akan pernah mencintai dirinya. Pertemanan yang baru ia rasakan di
akhir pekan sekolahnya bersama Jess, hanyalah sebatas seorang teman terhadap
teman yang lainnya.
“kenapa
kamu gak bilang kalau lagi dekat sama Jess” ungkap Tika
Sisi
terdiam tanpa mengelurkan satu kata pun, tatapannya kosong
“Sisi…jangan
ngelamun lagi dong, bukannya kamu udah ada Jess” tambah Sinta
“Jess
hanya teman sekelas sama seperti yang lainnya” Jelas Sisi dengan tatapannya
yang masih kosong.
“Aku
memang tidak pernah bercerita tentang apa yang aku rasakan, ini salah ku, aku hanya mencintai seseorang yang tidak
pernah tahu bahwa aku mencintainya”
“Tapi
Sisi…kamu masih ada kita, kamu gak sendiri, ayo bangkit layaknya seorang Sisi
yang kita kenal sebelumnya!!! Ini bukan Sisi…ini orang lain.” Ungkap Tika
sambil merangkul sahabatnya sambil memberikan semangat oada sahabatnya tersebut
“diluar
sana banyak orang yang mengagumi mu, Si…!!!” tambah Sinta
Sisi
tersenyum, melihat ke dua sahabatnya yang selalu ada di sampingnya di kala
sedih dan bahagia. Hati Sisi memang rapuh karena telah di perbudak dengan
sebuah cinta, namun keadaan Sisi bahagia karena mempunyai dua sahabat yang
terbaik sedunia baginya.
Label: TULISAN TANGAN KU
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)