Selasa, 14 Januari 2014

METODE SELEKSI KARYAWAN

METODE SELEKSI KARYAWAN


HRD merupakan bidang strategis dari suatu perusahaan. Untuk mendukung kesuksesan suatu perusahaan tentu saja dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas. Sehingga peran dari HRD dalam penyusunan strategi bisnis akan sangat penting. Peran HRD meliputi dari perekrutan, penempatan, pelatihan, dan pengupahan semuanya akan tersaji dalam suatu paket kebijakan sumber daya manusia yang diarahkan untuk mensukseskan proyek investasi tersebut.
            Dari uraian diatas, sangat penting bagi seorang HRD untuk menentukan metode seleksi yang tepat agar tidak terjadi kesalahan perekrutan. Masalah yang diakibatkan oleh suatu proses seleksi bisa sangat complicated. Bagi karyawan yang lolos dalam proses seleksi dan mengisi posisi di perusahaan yang baru, pertanyaannya adalah, apakah mereka dapat menunjukkan kinerja yang memenuhi standar? Apakah kita tidak salah memilih sehingga bukan orang yang berkualitas yang kita dapatkan melainkan orang-orang yang hanya memberikan beban bagi perusahaan di kemudian hari?
Lalu bagaimanakah kita dapat menghindari dampak-dampak negatif tersebut.  Apakah kita mempunyai suatu cara atau system seleksi yang memadai yang sesuai dengan visi dan nilai perusahaan kita? Kenyataannya banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk menyeleksi pegawai seperti :
  1.  Menempatkan ‘mata-mata’ di beberapa bagian tertentu yang tugasnya mengamati dan mencatat segala pembicaraan dan perilaku bagian tersebut lalu memberikan penilaian pada tiap-tiap pegawai dan memberikan rekomendasi kepada manajemen untuk mempertahankan dan mencatat orang-orang tertentu. 
  2. Perusahaan lain menggunakan cara yang konvensional seperti menggunakan absensi kehadiran untuk mengukur performance karyawan. Padahal permasalahan disiplin adalah masalah work habits dan tidak merujuk pada kinerja yang bersangkutan. 
  3. Untuk memperebutkan posisi-posisi manajemen yang penting dalam perusahaan tak jarang para eksekutif ‘menggunakan jalur hubungan baik’ sebagai jalan untuk mendapatkannya. Dengan demikian, kedudukan bukan ditentukan oleh kompetensi seseorang melainkan oleh faktor akses dan kekuatan-kekuatan politik dalam perusahaan. 
  4. Menggunakan penilaian dari atasan. Ada beberapa kelemahan yang ada dalam metode ini. Pertama, apakah perusahaan sudah memiliki suatu sistem performance management yang memadai. Sebab hanya dengan system inilah standar kinerja dari riap orang dapat dievaluasi dengan benar. Kedua, apakah perusahaan tersebut sudah mendasarkan kinerjanya dengan hal-hal atau kompetensi yang penting untuk dimiliki oleh setiap orang pada posisi-posisi tertentu. Kompetensi yang dibutuhkan untuk setiap posisi inilah kita dapat mengukur kompeten tidaknya seorang karyawan. Tanpa hal ini kita sulit menjadi objektif atau fair dalam pengambilan keputusan.
Cara-cara diatas ternyata menimbulkan berbagai permasalahan yang telah disebutkan tadi. Salah satu konsep yang telah terbukti powerful untuk mengatasi masalah ini adalah yang kita sebut sebagai assessment center.

Apa itu assessment center?
Assessment center adalah metodologi atau sebuah pendekatan. Karakteristik metode ini tercermin dalam tujuannya yaitu untuk mendapatkan indikasi terbaik dari kemampuan actual atau potensi untuk melakukan tugas yang ditargetkan pada level tertentu. Untuk mencapai tujuan ini, peserta akan melakukan simulasi sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Performance di dalam simulasi inilah yang nantinya akan diukur. Dengan demikian, fokus dari assessment center adalah behavior (perilaku) yang didapatkan melalui serangkaian latihan yang menstimulasikan aspek-aspek utama dari pekerjaan.
Langkah-langkah :
  1. Melakukan job analysis (analisis pekerjaan). Dengan ini, kita akan mendapatkan profil dari suatu pekerjaan yang meliputi dimensi-dimensi apa saj ayang dibutuhkan supaya seseorang dapat sukses dalam pekerjaan tersebut. Dimensi meliputi 3 hal yaitu, pengetahuan dan keahlian, perilaku, dan motivasi. 
  2. Menentukan teknik atau metode pengumpulan data tentang kemampuan peserta. Ada berbagai macam teknik yang dapat digunakan seperti test, interview, kuesioner, sosiometris, maupun simulasi. Bentuk simulasinya pun bermacam-macam seperti :
a)       Leadership Group Discussions (LGD) adalah diskusi kelompok tanpa menunjuk seorang pemimpin, yang memungkinkan semua peserta memanifestasikan potensinya. Dengan simulasi ini dapat diamati kemampuan seseorang dalam mengarahkan dan memimpin kelompok, kemampuan menjelaskan gagasan sehingga bisa diterima orang lain, kemampuan determinasi, dan sebagainya;
b)       In-basket exercise adalah bentuk latihan di mana peserta diminta meyimpulkan dan memecahkan suatu masalah melalui sejumlah data dan informasi yang disediakan secara terpisah-pisah, baik dari data dari korespondensi, data yang lalu, dan sebagainya. Dengan simulasi ini dapat diamati kemampuan analisis dan sintetis, kemampuan merencana dan mengorganisasi, serta kemampuan logis;
c)      Interview role plays, peserta berperan sebagai manajer yang melakukan interview guna pemecahan masalah. Dalam simulasi ini dapat mengungkap kemampuan komunikasi, sistematika berpikir, dan sebagainya;
d)     Business games, adalah bentuk simulasi yang lengkap yang disesuaikan dengan situasi nyata dunia bisnis. Simulasi ini dapat mengungkap kemampuan seseorang dalam menjalankan bisnis seperti kemampuan merencana dan mengorganisasi, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan kewirausahaan, ketahanan terhadap stress, kreativitas, dan sebagainya;
e)      Presentation exercises, peserta diminta melakukan presentasi. Hal ini untuk mengungkap sistematika berpikir dan kemampuan mengemukakan gagasan. 
  1. Penyusunan materi simulasi. Di sini kita berusaha menyusun item atau materi-materi yang akan menjadi objek bahasan/diskusi/latihan dalam masing-masing bentuk simulasi yang telah ditetapkan. Materi-materi ini harus diuji validitasnya melalui proses uji statistik sehingga materi-materi tadi benar-benar mengungkapkan dimensi-dimensi yang telah ditetapkan. 
  2. Menentukan suatu tim penilai. Assessor ini harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu. Jumlah assessor harus lebih dari satu orang untuk memperkecil bias dan subjektivitas. 
  3. Pengumpulan dan pelaporan. Assessor harus menggunakan sebuah prosedur yang sistematis untuk mengamati dan mencatat perilaku yang spesifik yang dilakukan peserta di setiap latihan. Prosedur-prosedur sistematisnya antara lain dengan menggunakan dua behavioral checklist. Setelah mengumpulkan data, ada 2 proses analisa data yang harus dilakukan yaitu:
1)       data analysis, setiap assessor berusaha untuk menganalisa data yang diperolehnya kemudian memberikan penilaian untuk setiap dimensi.

2)      data integration, semua assessor berkumpul kemudian mendiskusikan penilaian mereka terhadap setiap kandidat untuk seluruh dimensi yang dinilai. Bila ada perbedaan penilaian, para assessor akan menjelaskan contoh masing-masing dan mengemukakan argument untuk memperkuat penilaian.

0 Comments:

Post a Comment



By :
Free Blog Templates